iklan

Wednesday, June 19, 2013

Mencintaimu Dengan Lukaku



MENCINTAIMU DENGAN LUKAKU

Langit mulai berganti warna seiring luruhnya mentari. Semilir angin laut asik bermain di anak rambutku. Suara debur ombak mengalun indah. Camar-camar bergegas pulang kesarangnya, sebergegas nalayan yang mulai mengangkat sauh untuk melaut. Pemandangan yang sangat indah, tapi tetap saja tak mampu mengusir mendung di hatku. Kuhela napas panjang, sekali....... dua kali..... tetap saja hati ini terasa sesak.
Secangkir teh yang aku pesan mulai dingin tanpa kusentuh. Kebisuan menggantung di udara. Hanya terpisah sebuah meja tetapi terasa begitu jauh.....
“Tetapi kenapa?” aku mencoba tetap tabah, meski rasa sakit mulai menggerogoti hatiku sedikit demi sedikit.
“Selama ini..... kita baik-baik saja.....”
“Ada apa? Katakan apa masalahnya, kita pasti bisa cari jalan keluar yang lebih baik. Tidak perlu sampai seekstrem itu!”
Diam. Tak ada penjelasan sedikit pun. Sorot matanya menatap dingin, sedingin ucapannya yang tak pernah ingin aku dengar. “maff, aku nggak bisa mencintaimu lagi.......”
Aku sadar akan kesungguhan perkataannya, dia tidak pernah terlihat seyakin ini sebelumnya. “tapi apa salahku? Katakan saja, aku pasti bisa berubah!” ucapku berusaha tegar meski harapan dalam genggamanku mulai terlerai satu per satu.
“Kamu nggak salah....”
“Lalu?”
“Kita sudah berkorban banyak untuk hubungan ini, aku nggak ingin semuanya sia-sia tanpa alasan yang jelas!”
“Apa semua harus dengan alasan yang detil? Apa alasanku tadi nggak cukup? Bukankah kita memulai hubungan ini dengan kalimat singkat, ‘Aku mencintaimu’?! lalu mengapa nggak bisa mengakhirinya dengan kalimat, ’Aku tidak mencintaimu lagi’?!”
Satu per satu air mata jatuh membasahi pipiku. Sakit. Tetapi dengan bodohnya, aku tetap mengemis. “tetapi aku masih.....“
“Maff... tapi aku tidak lagi! Sama sekali tidak...” potongnya tegas. “saat aku yakin kalu aku mencintaimu.... aku pasti kembali.”
“Akan kutunggu!”
“Jangan!” dan dia pun berlalu. Pergi dengan semua harapan yang kutitipkan padanya. Pergi setelah dia menyakitkan hati yang dulu kuberi.
Aku usapkan air mataku dengan lengan baju. “berhenti ! ayoo... tegarlah! Kuat! Semangat.... it is not the and of the word!” kataku lirih menyemangati diri sendiri tetapi tetap saja air mata ini menganak sungai. Sesak memenuhi dadaku.
****
Tiiiit...tiiiit....tiiiit....
Ugh! Mimpi buruk lagi. Mimpi yang sama.
Tiiiit...tiiiit....tiiiit....
Kujangkau ponsel yang telah membangunkanku. hhm... Rena. Siapa lagi yang bakal menghubungiku kalau bukan dia. Tetapi secuil hatiku berharap seseorang yang lain.
“Yeah.....”
“Lagi tidur, Val?”
“Nggak... maksudku nggak lagi!”
“Hehehe... sorry! Bagaimana.... kapan kamu balik?”
“Entahlah.... belum ada niat.... masih banyak kerjaan di sini.”
 “Heh... kapan kamu mau berhenti?” suara sahabatku terdengar tegas di telepon.
“Berhenti? Maksudmu?”
“Kapan kamu mau berhenti melarikan diri?”
Belum ada yang bisa membuat aku berhenti, lagian aku belum pulih banget. Semuanya masih membayangiku. ” Dua tahun kuhabiskan di banyak kota dengan beberapa kegiatan yang dapat menyibukkan diriku. Hhh... berhenti. Di satiap detik aku berhenti, di detik itu pula otakku akan membuka file-file yang selama ini ingin kulupakan. Dengan waktu selama itu mestinya aku telah mampu melupakannya. Ah... andai semudah menekan tombol delet lalu semuanya terhapus....
“Sejauh apa pun kamu lari, kamu tak akan bisa melupakanya, Val. Kamu membawanya lari bersamamu. Pulanglah”
****
Hujan sudah reda sejak tadi, namun tetes bening masih tertinggal di sela-sela rumput dan didinding rumah. Dinginya udara saat ini. Aku menyembunyikan kedua tanganku di balik sweater tebalku berharap sedikit kehangatan menyelimuti. Tinggal beberapa anak tangga lagi untuk sampai di lantai dua dan .... upff! Sampai juga akhirnya. Dibelakangku, Rena tertinggal cukup jauh, sepertinya dengan sengaja memberiku ruang untuk menyendiri atau lebih tepatnya untuk merasakan kedamaian. Tenang, damai.
Kupejamkan mata. Meruntu kembali apa yang telah terjadi padaku di tahun-tahun sebelumnya dengan pikiran yang lebih jernih.
“Kamu menyesal?” suara Rena membawaku kembali dari masa lalu.
“Akhirnya kamu samapi juga,” ucapku tak menjawab pertanyaannya.
“Kamu menyesal?” ulangnya
“Menyesal untuk apa? Menyesal pulang?”
“Menyesal tidak menerimanya kembali.”
“Aku menyesal tapi bukan untuk hal itu. Aku menyesal untuk setiap detik yang terbuang hanya untuk mengasihani diriku dan untuk melupakan semua kenangan tentang dia. Menyesal karena selama ini aku membenci diriku sendiri.”
“Mungkin setiap orang akan melakukan hal yang sama, Val. Reaksi yang cukup wajar.”
“Tetapi sangat susah untuk melupakan semuanya dan memulai sesuatu yang baru.”
“Kita nggak bisa membuang sesuatu yang menjadi bagian hidup kita begitu saja. Jangan memaksakan diri. Mengenang untuk melupakan. Dengan mengenangnya, kamu akan terbiasa dengan rasa sakitnya dan semakin lama rasa itu nggak akan berpengaruh lagi.”
“Hhmmm.....”
“Ada ujaran... katanya, penderitaan adalah kebahagiaan. Tapi sorry, aku belum membuktikan teori ini.” Ujar Rena penuh senyum.
“Kamu tahu yang paling kusesali? Aku sangat menyesal karena telah memutus satu ikatan lain yang amat berharga hanya untuk berpegang pada ikatan rapuh yang dia tawarkan. Cukup lama aku jauh dari orang tuaku, hanya untuk melakukan hal yang sepertinya tidak berguna.”
“Ikatan antara orang tua dan anak nggak pernah bisa putus. Yang ada renggang. Kamu hanya perlu mengeratkanya kembali.”
“Andai semudah itu, Ren”
“Pasti semudah itu, yang kamu perlukan hanya usaha dan sedikit waktu. Mulai dari hal kecil aja dulu.”
“Contohnya?”
“Dengan kita berdoa pada yang maha kuasa, setiap masalah akan di ringankan, jika kita tetap mau berdoa dan selalu berusaha.”
“Oke... makasih Ren”
“Oke.... tetap semangat Val, masih banyak yang menyayangimu disini, keluargamu, orang-orang di sekitarmu termasuk aku sahabatmu” Rena pun tersenyum manis pada Valen.
“Terimakasih Ren, kamu selalu mengerti perasaan aku, aku bahagia punya sahabat sepertimu.”
***
“I want you back!” pintanya lirih
“Tidak perlu memmintaku kembali, Zak... kan bukan aku yang pergi tapi kamu!”
“Kalau begitu.... aku ingin kembali. Val aku masih sayang kamu. Sangat sayang kamu!” ucapnya lembut sambil meraih tanganku ke genggamannya.
“Zak, aku bukan hotel yang... dengan seenaknya kamu bisa datangi dan tinggalkan begitu saja!”
“Aku nggak pernah mengganggapmu seperti itu. Memikirkanya saja nggak.”
“Memikirkan memang nggak, tapi memperlakukanku seperti itu.... iya. Kamu tahu apa bedanya aku dengan hotel? Kalau di hotel kamu harus membayar dengan uang sedangkan aku cukup kamu bayar dengan kalimat ‘Val..., aku sayang kamu!’” kulepaskan tanganku dari genggamannya. Aku tidak yakin apakah aku bisa menahan diri untuk tidak memukulnya... setidaknya menamparnya sekali saja.
“Jadi apa yang harus aku lakukan agar kamu percaya? Katakan saja, pasti aku lakukan!”
“Nggak ada....!”
“Val.... please, maafkan aku! Just one more chance and i’ll prove it to you. Kalau perlu aku berlutut, saat ini juga, kalau itu bisa membuatmu menerimaku lagi!”
Aku terdiam. Dia pun terdiam. Menunggu.
Suara serak Bon Jovi yang melantunkan thank You For Loving Me-nya memenuhi ruang dengarku. Ah...... andai Zaky bisa sedikit saja berterimakasih. Tidak perlu bersusah payah membuat lagu seperti Bon Jovi, cukup dengan setia. Andai.......
“Val...., jangan buat aku menunggu, please! Kamu sudah sangat mengenalku.... apa lagi yang kamu pikirkan?” ucapnya setengah memaksa.
“Karena aku sangat mengenalmu maka akau harus! Nggak ada yang bisa membuatku yakin kalau kamu nggak akan melakukannya lagi.”
“Aku kan sudah minta maaf, Val. Yang lalu lupakan sajalah. Siapa saja bisa melakukan kesalahan, aku kan hanya manusia biasa. Aku nggak akan mengulanginya lagi. Janji!”
“Hanya manusia biasa! Semoga kamu cukup kreatif membuat alasan untuk kesalahan-kesalahnmu yang lain....,” ucapnya sinis.
“Oke, dulu aku salah. Maaf! Maaf! Maaf! Dulu aku khilaf!”
Dengan penuh amarah kuletakan kembali secangkir teh yang tadinya hendak kuteguk. “kamu khilaf.... apa khilaf itu berarti memperlihatkan betapa mesranya kamu dan Ayu tepat di depan mataku?! Kalau kamu hanya khilaf, kamu tidak perlu pacaran denganya samapai setahun! Kalau kamu hanya khilaf.... saat putus denganya mestinya kamu langsung kembali padaku bukannya menjadi piala bergilir untuk cewek-cewek lain!”
“Tapi Aku.....”
“Zak, aku sudah memaafkan kamu...., tapi kalau aku harus menerimamu kali ini, mungkin aku harus berfikir beribu-ribu kali, untuk mengobati luka di hatiku tak mudah, aku nggak mau sakit lagii dan.....”
“Tapi aku mencintaimu, aku ingin kita kembali seperti dulu lagi!” Zaky memotong pembicaraan Valen.
Kupejamkan mataku menahan perih. Zaky... andai kamu rasakan sakit yang kualami. Andai kamu tahu tindakan-tindakan bodoh apa yang dulu kulakukan untuk mempertahankanmu atau untuk bisa melupakan sedetik saja.
“Val.....”
Aku menggelengkan kepala. “maaf, zak!”
“Tapi.... dulu kamu berjanji untuk menungguku.”
“Menunggumu untuk kembali padaku.... bukan untuk menerimamu kembali!”
“Tapi....”
“Bukankah jenis hubungan yang kamu inginkan iini diawali dengan kalimat ‘Aku mencintaimu’? maaf aku nggak yakin bisa mengucapkan kalimat itu lagi padamu.”
“Val..... aku minta maff, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, yang membuatmu terluka!” ucapnya tertahan.
“Dulu, begitu mudah kamu menginggalkanku demi wanita lain, saat ini kamu juga begitu mudah memintaku untuk kembali denganmu, apakah kamu tidak pernah berfikir bagaimana sakitnya hatiku, saat kamu tinggalkan aku dulu.” kataku tegas padanya.
“Maff kan aku, aku memang salah telah meninggalkanmu, tanpa memberi alasan yang pasti padamu, tapi sekarang aku menyesal, aku sadar saat ini aku masih sayang kamu Val, dan aku masih membutuhkan kamu Val” ucapnya meyakinkan aku untuk memaafkanya
“Sudahlah Zak.....! aku sudah memaafkanmu, hanya sakit hatiku yang dulu memang belum terobati, aku sangat kecewa padamu waktu itu, dan hingga saat ini pun sakitnya masih terus teringat. Betapa aku dulu mencintai kamu, aku menyayangi kamu, tetapi apa yang kamu lakukan, nggak pernah sebelumnya aku berfikir kamu akan lakukan hal itu padaku, tetapi semua telah terjadi..., sekarang lukanya yang masih membekas di hatiku. Dan aku nggak mau merasakan sakitnya lagi dengan rasa yang sama atau lebih sakit dan dengan orang yang sama.
“Tapi, Val.....” suaranya lirik, tak ada lagi kata-kata untuk meyakinkanku
“Kenapa......” jawabku
“Hmmmm.... Val, aku sangat mencintaimu!” kalimatnya terdengar semakin lirih seiring langkahnya menjauh dari hadapanku.
“Maaf!” ucapku lirih saat melihatnya melangkah pergi untuk kedua kalinya. Kalau dulu aku yang terluka, kini dia pasti terluka.... juga aku.
Zak andai aku bisa meyakinkan diriku kalau kamu takkan menyakitiku lagi. Terlalu sakit untuk aku merasakanya lagi, cukup hanya sekali dan aku menunggu kebahagiaan meski aku harus tanpa kamu, kamu yang dulu aku cintai, kamu yang dulu selalu membayangi hari-hariku, kamu tempat ku membagi cerita, bersama kamu aku melewati hari, kamu yang selalu ada di pikiranku, kamu yang selalu aku sayangi, dan kamu juga yang telah membuat luka hati ini. Membuatku sulit untuk melupakan semua rasa sakitnya luka yang sulit untuk aku lupakan sendiri.
Aku sungguh masih mencintaimu... hanya saja ada cinta lain yang menungguku untuk membuat diriku bahagia! Bisiku pada angin.
****
“Bagaimana Val....” tanya Rena tanpa basa-basi ketika melihatku telah kembali.
“Sudah, mungkin bukan saat ini aku bersamanya”
“Maksudmu, kamu nggak menerimanya lagi...”
“Nggak, sepertinya dia nggak beneran serius, mau aku balik sama dia”
“Tapi Val, bukanya kamu masih mencintai dia...”
“IYA Ren, tapi apa aku harus sakit hati untuk kedua kalinya, sedangkan dia tidak berusaha untuk meyakinkan aku.” Valen mencoba menjelaskan alasan mengapa dia nggak menerima Zaky lagi.
“Apa kamu yakin kalau Zaky nggak serius sama kamu..” Rena yang sudah lama juga mengenal Zaky bahkan sebelum Valen mengenal Zaky, meyakinkan Valen tentang keputusan yang telah ia buat.
“Ren, kenapa kamu malah dipihak dia si.” Bantah Valen ketus.
“Val, aku sudah kenal Zaky jauh sebelum kamu kenal dia, aku sahabat kamu Val kita gk cuma 1 atau 2 bulan kenal, aku tau banget perasaan kamu Val.”
“Tapi Ren, kamu tau kan gimana dia dulu ninggalin aku karena apa juga dia ninggalin aku, aku nggak mau Ren meski ngerasaan hal yang sama, kalau aku harus terima dia kembali.”
“Val, kamu tau kan Zaky itu orangnya seperti apa, dia melukai kamu dia meninggalkan kamu dulu pasti ada alasan, yang bahkan hampir tidak bisa kita tebak.”
“Dia selingkuh Ren, apa itu bukan alasan yang jelas.” Kata Valen sambil menahan air matanya yang mungkin tidak dapat terbendung lagi 
“Menangislah Val kalau kamu mau nanggis.” Rena mencoba menenangkan Valen.
“Hik...hikk... aku memang masih sa... yang banget sama Zaky Ren.” Perkataan Valen sedikit terbata-taba karena menangis.
Tiba-tiba handpone Rena berdering, telfon dari Riko sahabat zaky dan juga pacar Rena.
“Hallo Ric..”
“Hallo... beb kamu masih sama Valen.” Tiba-tiba Riko langsung menanyakan Valen.
“Iya beb, ada apa.” Tanya rena heran kenapa pacarnya itu tiba-tiba menanyakan Valen.
“Kalian berdua ke rumah sakit Harapan Kita dekat kafe Frenzzy.
“cepet beb, aku tunggu kalian di UGD.” Tanpa menjelaskan alasanya Riko langsung menutup telfonnya.
“Ada apa Ren, kamu terlihat panik” tanya Valen pada Rena setelah menerima telefon dari Rico, yang membuat wajah Rena seperti orang kebingungan.
“Val, ayo kita kerumah sakit, tiba-tiba Riko nyuruh aku ke sana sama kamu juga.” Rena langsung beranjak dari tempt duduknya dan langsung menarik Valen keluar dari kamar dan bergegas menuju rumah sakit
Dengan bingung Rena dan Valen menuju rumah sakit, sepanjang perjalanan mereka hanya diam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi kenapa Riko tiba-tiba menyuruhnya ke rumah sakit.
****
Tak lama di perjalanan akhirnya Rena dan Valen sampai di rumah sakit yang di beritahukan Riko tadi. Rena pun menelefon Rico dengan kebingungan yang makin bertambah karna setelah samapai UGD Riko sudah tidak ada
“Beb, aku dan Valen sudah sampai di rumah sakit, kita di UGD, tapi kamu nggak ada.” Cerocos Rena karena di buat bingung oleh Rico.
“Oke beb, kalian tunggu di situ aku segera kesana.”
Setelah beberapa menit menunggu Riko akhirnya Riko muncul dari tangga lantai dua, dengan wajah yang panik.
“Val, Zaky....” Riko tanpa basa-basi langsung angkat bicara.
“ada apa dengan dia Rik.” Tiba-tiba Valen di buat bingung lagi dengan Riko.
“Zaky kecelakaan, setelah dia menemui kamu tadi.”
“Ya amppun.... trus bagaimana keadaan dia sekarng.”
“Dia masih keritis banget.”
“Antar aku, aku mau tau keadaan dia.” Valen menarik tangan Riko, agar mengatar dia menuju kamar zaky.
Sesampainya di depan ruangan zaky valen tidak dapat membendung air matanya lagi, dia langsung menangis, rena pun mencoba menenangkan valen. “val, sudah..”
“Hiks...hiks... zaky ren.”
“kita berdoa aja Val moga Zaky baik-baik ada.”
            Ren mengajak valen duduk di bangku tunggu depan ruangan zaky, sambil, Rena pun menanyakan hal yang sebenarnya tejadi pada riko.
            “Beb apa yang sebenarnya terjadi pada zaky.”
            “Dia kecelakaan Beb, setelah pulang dari menemui Valen tadi, dia hilang kontrol saat mengendari mobilnya pulang, dia mengendari mobilnya dia atas kecepatan rata-rata hingga dia menabarak pohon, di tambah lagi, sakitnya kambuh.”
            “apa Rik sakit.” Valen yang kaget mendengar kata-kata dari Rico bahwa Zaky sakit.
            “iya sakit...”
            “sakit apa.”
            “kamu nggak tau ya kalau Zaky selama ini sakit pendarahan di otak, saat dia kecelakaan, waktu balapan motor dulu.”
            “kecelakaan, balapan motor, kenapa Zaky nggak pernah cerita.”
            “Val, serius Zaky nggak pernah cerita.” Riko kaget mendengar perkataan Valen bahwa Valen tidak tau kalau Zaky pernah kecelakaan dan yang menyebabkan, kepalanya terbentur sehingga mengharuskan dia berobat ke luar negeri.
            “Nggak Rik, memang dia dulu sempat menghilang beberapa minggu dan aku juga gak tau, tapi setelah itu aku melihat dia dengan wanita lain.”
            “Ayu maksud kamu.” Zaky yang tau kejadian sebenarnya langsung menebak-nebak
            “Iya, kamu kenal Ayu.”
“Dia anak dokter dari keluarga Zaky Val, dia yang selama ini membantu Zaky salama perawatan di indonesia, karena seharusnya Zaky di rawat di luar negeri.”
            “Mungkin dia nggak mau kasih tau kamu, dan nggak mau buat kamu kecewa val mungkin karena itu dia nggak cerita hal yang sebenarnya sama kamu.” Rena ikut menjelaskan dan menenangkan Valen.
            “Dan waktu kamu lihat Zaky Dengan ayu mereka bukan sedang pacaran, tapi Ayu sedang berusaha membujuk dia agar mau melanjutkan perawatanya di luar negeri, tapi dia masih gk mau meninggalka kamu Val.”
            “Hingga pada ahkirnya penyakit Zaky kambuh dan akhirnya dia mau brangkat keluar negeri. Dan dia kembali kembali ke indonesia ingin bertemu sama kamu, ingin meminta maff dan mencoba mengobati luka hati kamu val. Karne Zaky merasa bersalah tidak berkata jujur sama kamu” Zaky menjelaskan panjang lebar.
            “Ren aku menyesal, ternyata banyak hal yang tidak aku tau. Zaky jahat, aku sayang Zaky, maffkan aku Zak”
            “sudahlah Val, kita berdoa saja semoga Zaky cepat sadar dan bisa kumpul bareng lagi sama kita.”

No comments:

Tinggalkan Komentar Anda Terimakasih

SKRIPSI MAHASISWA S1 KESEHATAN MASYARAKAT

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Perlindungan terhadap anak pada suatu masyarakat bangsa merupakan tolak ukur peradaban ban...