iklan

Wednesday, June 19, 2013

SUSUNAN FORMAT MAKALAH/PAPER




HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN DAFTAR ISI
HALAMAN GAMBAR/GRAFIK (JIKA ADA)

BAB I             : PENDAHULUAN
1.1.            LATAR BELAKANG
Berisi tentang alasan pemilihan tema dalam pembuatan paper/makalah.
1.2.            TUJUAN
Berisi tentang tujuan yang akan dicapai dengan pembuatan makalah/paper.
1.3.            RUANG LINGKUP MATERI
Berisi tentang ilmu atau teori yang berkaitan dengan tema yang diambil dalam makalah/paper.

BAB II                        : DASAR TEORI/LANDASAN TEORI
            Berisi tentang pembahasan dan penelitian tentang ilmu ataupun teori yang sudah pernah dibahas oleh para ahli berkaitan dengan tema makalah/paper yang  dipilih. Materi yang dibahas secara teoritis dikaitkan dengan aplikasi praktis teori/ilmu tersebut dalam kenyataan kehidupan keseharian.
            Untuk menuliskan teori yang diambil dari para ahli jangan lupa mencantumkan nama, tahun atau buku yang pernah memuat teori tersebut. Sehingga sumber/nara sumbernya jelas dan tidak diragukan. Kalau membuat kutipan harap mencantumkan pula halaman di mana kutipan tersebut diambil.

BAB III          : PEMBAHASAN    
            Berisi tentang data yang diperoleh di lapangan/kenyataan dan dikaitkan dengan ilmu atau teori yang sudah ada. Jika ada kesesuaian dibahas lebih lanjut dan dapat pula dimasukkan pendapat pribadi yang berkaitan erat dengan tema/usulan/saran/gagasan/ide.
            Jika memang ditemukan ketidaksesuaian antara teori atau ilmu yang sudah ada dengan kenyataan di lapangan, hal ini juga perlu dibahas untuk melihat mengapa hal ini dapat terjadi.Dapat pula dimasukkan pendapat pribadi berkaitan erat dengan tema/usulan/saran/gagasan/ide sehingga antara kenyataan dengan ilmu yang ada, baik yang ada hubungannya maupun tidak, dapat dijelaskan dengan baik dan rinci.


BAB IV          : PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
            Berisi tentang  simpulan akhir dari pembahasan yang sudah dibuat. Penulisan kesimpulan singkat dan jelas, tidak panjang seperti pembahasan.

           


            4.2. USUL DAN SARAN
Dapat juga dimasukkan usulan dan saran dari penulis yang sudah dimunculkan dalam pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA
            Berisi seluruh sumber yang digunakan dalam pembuatan makalah/paper. Daftar pustaka berupa buku, surat kabar, majalah, informasi dari situs internet dan lain-lain. Penulisannya secara lengkap dan mengikuti kaidah penulisan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

LAMPIRAN
            Berisi seluruh gambar/foto ataupun grafik atau juga data yang mendukung dalam pembuatan makalah.




      ☺♥ ©ea/makalah /format/bio 8/april/2008 ♥☺

Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis /pembicara.
Ciri-ciri kalimat efektif: (memiliki)
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal.

Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.

3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.

Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.

4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.

• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.

5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.

Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
PELATIHAN
Ubahlah kalimat-kalimat di bawah ini menjadi kalimat efektif!
1. Seluruh siswa-siswa diharapkan harus mengikuti kerja bakti.
2. Para siswa-siswa diharuskan hadir di sekolah.
3. Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan.
4. Kegagalan proyek itu karena perancangan yang tidak mantap
5. Yaitu tenun ikat yang khas Timor Timur.

http://readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat-efektif/

Cara Membuat Makalah

Secara struktural makalah yg umum biasanya tersusun atas:

1. Kata Pengantar : berisi kata2 harapan penulis, ucapan trimakasih, dll dari penulis

2. Daftar isi (jelas)

3. Pendahuluan : latar belakang pembuatan tugas, tujuan dan manfaat yg diinginkan

4. Landasan teori : kutipan teori2 yg mendasari makalah, biasa lgs dikutip dari buku diktat

5. Pembahasan : inti makalah yg ingin lo bahas masukan di bab ini

6. Kesimpulan : pendek kata dari pembahasan masukin sini

7. Daftar Pustaka : sumber2 yg anda pakai

Dan untuk tahap awal yaitu :
Memilih Topik

Bila topik telah ditentukan, anda mungkin tidak lagi memiliki kebebasan untuk memilih. Namun demikian, bukan berarti anda siap untuk menuju langkah berikutnya.

Pikirkan terlebih dahulu tipe naskah yang akan anda tulis. Apakah berupa tinjauan umum, atau analisis topik secara khusus? Jika hanya merupakan tinjauan umum, anda dapat langsung menuju ke langkah berikutnya. Tapi bila anda ingin melakukan analisis khusus, topik anda harus benar-benar spesifik. Jika topik masih terlalu umum, anda dapat mempersempit topik anda. Sebagai contoh, bila topik tentang “Indonesia” adalah satu topik yang masih sangat umum. Jika tujuan anda menulis sebuah gambaran umum (overview), maka topik ini sudah tepat. Namun bila anda ingin membuat analisis singkat, anda dapat mempersempit topik ini menjadi “Kekayaan Budaya Indonesia” atau “Situasi Politik di Indonesia. Setelah anda yakin akan apa yang anda tulis, anda bisa melanjutkan ke langkah berikutnya.

Bila topik belum ditentukan, maka tugas anda jauh lebih berat. Di sisi lain, sebenarnya anda memiliki kebebasan memilih topik yang anda sukai, sehingga biasanya membuat esai anda jauh lebih kuat dan berkarakter.

Tentukan Tujuan

Tentukan terlebih dahulu tujuan esai yang akan anda tulis. Apakah untuk meyakinkan orang agar mempercayai apa yang anda percayai? Menjelaskan bagaimana melakukan hal-hal tertentu? Mendidik pembaca tentang seseorang, ide, tempat atau sesuatu? Apapun topik yang anda pilih, harus sesuai dengan tujuannya.

Tuliskan Minat Anda

Jika anda telah menetapkan tujuan esai anda, tuliskan beberapa subyek yang menarik minat anda. Semakin banyak subyek yang anda tulis, akan semakin baik. Jika anda memiliki masalah dalam menemukan subyek yang anda minati, coba lihat di sekeliling anda. Adakah hal-hal yang menarik di sekitar anda? Pikirkan hidup anda? Apa yang anda lakukan? Mungkin ada beberapa yang menarik untuk dijadikan topik. Jangan mengevaluasi subyek-subyek tersebut, tuliskan saja segala sesuatu yang terlintas di kepala.

Evaluasi Potensial Topik

Jika telah ada bebearpa topik yang pantas, pertimbangkan masing-masing topik tersebut. Jika tujuannya mendidik, anda harus mengerti benar tentang topik yang dimaksud. Jika tujuannya meyakinkan, maka topik tersebut harus benar-benar menggairahkan. Yang paling penting, berapa banyak ide-ide yang anda miliki untuk topik yang anda pilih.

Sebelum anda meneruskan ke langkah berikutnya, lihatlah lagi bentuk naskah yang anda tulis. Sama halnya dengan kasus dimana topik anda telah ditentukan, anda juga perlu memikirkan bentuk naskah yang anda tulis.

Membuat Outline

Tujuan dari pembuatan outline adalah meletakkan ide-ide tentang topik anda dalam naskah dalam sebuah format yang terorganisir.

Mulailah dengang menulis topik anda di bagian atas

Tuliskan angka romawi I, II, III di sebelah kiri halaman tersebut, dengan jarak yang cukup lebar diantaranya

Tuliskan garis besar ide anda tentang topik yang anda maksud:

Jika anda mencoba meyakinkan, berikan argumentasi terbaik

Jika anda menjelaskan satu proses, tuliskan langkah-langkahnya sehingga dapat dipahami pembaca

Jika anda mencoba menginformasikan sesuatu, jelaskan kategori utama dari informasi tersebut

Pada masing-masing romawi, tuliskan A, B, dan C menurun di sis kiri halaman tersebut. Tuliskan fakta atau informasi yang mendukung ide utama
Menuliskan Tesis

Suatu pernyataan tesis mencerminkan isi esai dan poin penting yang akan disampaikan oleh pengarangnya. Anda telah menentukan topik dari esai anda, sekarang anda harus melihat kembali outline yang telah anda buat, dan memutuskan poin penting apa yang akan anda buat. Pernyataan tesis anda terdiri dari dua bagian:

Bagian pertama menyatakan topik. Contoh: Budaya Indonesia, Korupsi di Indonesia

Bagian kedua menyatakan poin-poin dari esai anda. Contoh: memiliki kekayaan yang luar biasa, memerlukan waktu yang panjang untuk memberantasnya, dst.

Menuliskan Tubuh Esai

Bagian ini merupakan bagian paling menyenangkan dari penulisan sebuah esai. Anda dapat menjelaskan, menggambarkan dan memberikan argumentasi dengan lengkap untuk topik yang telah anda pilih. Masing-masing ide penting yang anda tuliskan pada outline akan menjadi satu paragraf dari tubuh tesis anda.

Masing-masing paragraf memiliki struktur yang serupa:

Mulailah dengan menulis ide besar anda dalam bentuk kalimat. Misalkan ide anda adalah: “Pemberantasan korupsi di Indonesia”, anda dapat menuliskan: “Pemberantasan korupsi di Indonesia memerlukan kesabaran besar dan waktu yang lama”

Kemudian tuliskan masing-masing poin pendukung ide tersebut, namun sisakan empat sampai lima baris.

Pada masing-masing poin, tuliskan perluasan dari poin tersebut. Elaborasi ini dapat berupa deskripsi atau penjelasan atau diskusi

Bila perlu, anda dapat menggunakan kalimat kesimpulan pada masing-masing paragraf.

Semoga bermanfaat..:D

SYARAT KALIMAT EFEKTIF

Syarat-syarat dalam kalimat efektif, yaitu :
-) Koherensi
Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya.
Hal-hal yang merusak koherensi :
a). Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
b). Kesalahan menggunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.
c). Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tidih, atau hakekatnya mengandung kontradiksi.
d). Kesalahan menempatkan keterangan aspek (sudah, telah., akan, belum, dan sebagainya) pada kata kerja tanggap.

-) Kesatuan
Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsure-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan cirri keutuhan kalimat.
Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi pagi.
S P Pel K
Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan antar unsur menjadi jelas sehingga ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Jadi, harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang digunakan.
Pada umumnya dalam sebuah kalimat terdapat satu ide yang hendak disampaikan serta penjelasan mengenai ide tersebut. Hal ini perlu ditata dalam kalimat secara cermat agar informasi dan maksud penulis mencapai sasarannya. Untuk mencapai maksud ini, ada cirri kesepadanan yang harus diperhatikan:
  1. Subyek dan Predikat.
Subyek di dalam kalimat merupakan unsure inti atau pokok pembicaraan. Subyek dapat kata atau kelompok kata. Kadang-kadang kata-kata yagn berfungsi sebagai kelompok kata ini didampingi oleh kata-kata lain yang tugasnya memperjelas subyek.
Predikat adalah kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaiman subyek itu. Sedangkan obyek merupakan pelengkap predikat. Obyek hanya ada terdapat pada kalimat yang mempunyai predikat kata kerja.
Predikat (di, kepada, untuk, yang) yang ada sebelum subyek atau predikat tidak dapat dikatakan kedudukannya sebagai subyek atau predikat, karena fungsinya menjadi tidak jelas sehingga tak dapat dikatakan sebagai kalimat yang padu.
Contoh: – Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan diri di secretariat. (salah)
- Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di secretariat. (benar)
- Uang untuk memberi obat. (salah)
- Uang untuk memenuhi obat dipakai kakak. (benar)
2. Kata penghubung intra kalimat dan antar kalimat.
Konjungsi intra kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah frase atau menghubungkan klausa dengan klausa di dalam sebuah kalimat.
Contoh: – Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang. (disebut kalimat setara karena konjungsi berada diantara kedua klausa)
- Jika semua anggota bekerja sesuai dengan petunjuk, proyek ini akan berhasil dengan baik. (disebut kalimat majemuk bertingkat karena konjungsi berada sebelum anak kalimat atau di mukia klausasebelum anak kalimat).
Konjungsi kalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain di dalam sebuah paragraf.
Contoh : – Dia sudah berkali-kali tidak menepati janjinya padaku. Karena itu, aku tidak mempercayainya lagi.
3. Gagasan Pokok
Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika hendak menggabungkan dua kalimat, maka harus ditentukan mana yang mengandung gagasan pokok yang menjadi induk kalimat.
Contoh : Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
( induk kalimat )
4. Penggabungan dengan “yang”, “dan”.
Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel “dan”, maka hasilnya kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel “yang” maka akan menghasilkan kalimat majemuk bertingkat, artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
5. Penggabungan menyatakan “sebab” dan “waktu”.
Hubungan sebab dinyatakan dengan menggunakan kata “karena”, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata “ketika” agar dicapai efektivitas komunikasi. Yang perlu diperhatikan adalah pilihan penggabungan hubungan waktu dan hubungan sebab harus sesuai dengan konteks kalimat.
6. Penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan artikel dan hubungan tujuan.
Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel “sehingga” untuk menyatakan hubungan akibat, dan partikel “agar” atau “supaya” untuk menyatakan hubungan tujuan.
Contoh : – Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak berdiri sendiri-sendiri.

-) Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. Berikut unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:
1. Frase pada awal kalimat
Contoh : sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para ahli bedah.
2. Pengurangan subyek kalimat
Contoh: – Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)

-) Keparalellan
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)


-) Penekanan
gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :
1. Posisi dalam kalimat
Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.
Contoh : – Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak.
- Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak adalah salah satu indikator yagn menunjukkan tidak efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
2. Urutan yang logis
Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses.
Contoh : – Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

-) Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
a). Cara memulai
1. Subyek pada awal kalimat.
Contoh: – Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.
1.      Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik)
Contoh: – Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
1.      Kata modal pada awal kalimat
Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu tau sebaliknya dan yagn keras menjadi lembut atau sebaliknya.
Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.
Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya.
Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya.
Contoh: – Sering mereka belajar bersama-sama.
b). Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.
c). Jenis kalimat.
Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.
d). Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.
e). Kalimat langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.
http://gustiayumade.wordpress.com/2010/10/14/syarat-kalimat-efektif/

KALIMAT EFEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA

DEFINISI

Kalimat efektif
adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis sehingga pembaca atau pendengar dapat menerima maksud/arti serta tujuannya seperti yang di maksud penulis /pembicara.


SYARAT-SYARAT


1. KESATUAN GAGASAN

Memiliki subyek, predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesaruan tunggal. Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan)

2. KESEPADANAN

Keseimbangan antara pikiran dan struktur bahasa yang digunakan.
  • Memiliki subjek & predikat yang jelas
Contoh : Nino sedang membuat kue
  • Tidak terdapat subjek ganda
Contoh : Orang itu gerak-geriknya mencurigakan
  • Kata penghubung intrakalimat tidak digunakan dalam kalimat tunggal
Contoh : Saya datang agak terlambat, sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama

3. KEPARALELAN

Kesamaan/kesejajaran bentuk kata/frasa yang digunakan dalam sebuah kalimat.

Contoh : Semakin bertambah umur seharusnya manusia semakin baik, bijaksana, dan tanggung jawab.

4. KEHEMATAN

Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat. Penghematan dalam penggunaan kata/frasa/bentuk lain yang tidak diperlukan sejauh tidak menyalahi kaidah dan tidak mengubah makna.

Contoh : Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.

Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu.Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga. Beberapa hal yang perlu dihindari :
  • Hindari pengulangan subjek
Contoh : Saya datang agak terlambat sehingga tidak dapat mengikuti acara pertama.
  • Hindari pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Contoh : Ayah saya dilahirkan pada Jumat 17 Agustus 1945.
  • Hindari kesinoniman yang tidak diperlukan dalam satu kalimat.
Contoh : Sejak dari tadi dia hanya bermenung saja.
  • Hindari penjamakan yang tidak diperlukan pada kata yang sudah bermakna jamak.
Contoh : Banyak gedung-gedung pencakar langit di Jakarta.

5. KECERMATAN

Cermat dalam pemilihan dan penggunaan kata-kata.
  • Tepat
Contoh : Ayah sedang memandang keindahan alam pegunungan.
  • Tidak menimbulkan penafsiran ganda
Contoh : Dia adalah istri Pak Lurah-yang baru

6. KESEJAJARAN

Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.

Contoh : Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan

7. PENEKANAN

Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan. Beberapa metoda penekanan antara lain :
  • Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh : Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
  • Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh : Kami pun turut dalam kegiatan itu.
  • Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh : Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
  • Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh : Anak itu tidak malas, tetapi rajin.

8. KEPADUAN

Kepaduan pernyataan dalam kalimat sehingga informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
  • Tidak bertele-tele
Contoh : Penetapan bahasa persatuan kita sangatlah mudah. Pada masa perjuangan, rakyat Indonesia yang tersebar dari Sabang sampai Merauke merasakan senasib, seperjuangan, serta satu cita-cita. Dengan kesadaran itu dan pemikiran yang mantap, rakyat Indonesia menetapkan bahasa nasional tersebut sebagai bahasa persatuan.
  • Menggunakan pola aspek+agen+verba
Contoh : Surat itu sudah saya baca.
  • Tidak menyisipkan kata di antara predikat dan objek pada kalimat transitif.
Contoh : Mahasiswa harus menyadari pentingnya perpustakaan

9. KELOGISAN

Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Contoh : Rektor Universitas Jaya Raya kami persilakan untuk memberi sambutan.


Bersumber Dari :
http://griyawardani.wordpress.com/2010/08/26/kalimat-efektif-dalam-bahasa-indonesia/
http://readone82.blogdetik.com/2009/08/26/kalimat-efektif/

KALIMAT EFEKTIF


PENDAHULUAN
Kalimat efektif merupakan alat pengungkap satuan gagasan dalam berkomunikasi. Dengan kalimat efektif penutur akan mengungkapkan gagasannya dengan jelas dan pembaca akan mudah memahami gagasan yang disampaikan. Jadi kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan penutur sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami gagasan yang terungkap dalam kalimat itu sebagaimana gagasan yang dimaksudkan oleh penutur. Untuk membentuk kalimat efektif kita terlebih dahulu harus mampu memilih kata – kata sebagai unsur pembentuk kalimat. Dengan menguasai kemampuan memilih kata untuk pembentukan kalimat efektif kita dapat dengan mudah untuk menyusun kalimat efektif dalam proses mengarang / menulis.

I.           Plihan Kata
Kata merupakan unsur pembentuk kalimat dalam kedudukan itu adalah unsur bebas terkecil yang bermakna. Disebut sebagai unsur bebas terkecil karena dapat berdiri sendiri dan disebut bermakna karena kata dapat digunakan untuk mewadahi dan menyampaikan pesan. Oleh karena itu pilihan kata sangat menentukan keefektifan kalimat.
Untuk dapat memilih kata kita harus memahami memilih kata, kiat memilih kata dan terampil memanfaatkan kiat memilih kata dalam penyusunan kalimat efektif. Sebuah kata akan mendukung terbentuknya kalimat efektif apabila kata itu memiliki kesanggupan untuk mewadahi gagasan yang akan diuangkapkan penutur dengan tepat dan memilih kesanggupan untuk menumbuhkan kembali gagasan itu dengan tepat pula pada benak mitra tutur. Kesanggupan tersebut dapat dipenuhi dengan dua kaidah penggunaan kata yakni kaidah ketepan dan kaidah kecocokan. Kaidah ketepan diukur dari gagasan yang akan disampaikan dan diterima partisifan. Kaidah kecocokan diukur dari kesesuaian kata dalam konteks penggunaan sesuai dengan kelaziman penggunaan kata baik konteks kalimat maupun luar kalimat.
Untuk mengembangkan kemahiran memilih kata kita perlu pembiasaan pelatihan sebagai berikut :
1.          Mencermati dan melatih menggunakan kata – kata yang bersinonim
2.          Membiasakan diri menggunakan kata – kata secara hemat.
3.          Membiasakan diri menggunakan kata – kata secara konsisten

1.          Penggunaan Kata – Kata Yang Bersinonim
Dalam setiap bahasa sangat lazim ditemukan kata – kata yang bersinonim. Oleh karena itu diperlukan kejelian untuk mencari perbedaannya agar dapat memilih kata dengan tepat dalam penggunaan kata – kata yang bersinonim. Sinonim – sinonim yang kita hadapi antara lain :
A.         Sinonim yang salah satu maknanya lebih umum atau luas sedangkan yang lain lebih khusus
B.         Sinonim yang perbedaannya terletak pada intensitas makna
C.         Sinonim yang perbedaannya terletak pada makna emotifnya
D.         Sinonim yang berbeda dalam penggunaan secara umum dan teknis
E.          Sinonim yang memiliki perbedaan tingkat kebakuannya.

2.          Penggunaan Kata – Kata Secara Hemat
Ada norma yang dapat digunakan untuk melihat penghematan penggunaan kata yakni tingkat kemubaziran kata. Semakin tinggi tingkat kemubaziran kata, semakin tinggi pula ketidakhematan kata yang digunakan.

3.          Penggunaan Kata Secara Konsisten
Pilihan kata terikat prinsip konsistensi. Kata – kata yang digunakan dalam kalimat memenuhi syarat konsistensi apabila kata – kata digunakan untuk mengungkapkan gagasan secara setia.

II.        Pengembangan Kalimat Efektif
Pengembangan kalimat efektif dapat dilakukan untuk menjaikan kalimat sebagi sarana pengungkap dan penangkap pesan agar komunikasi terjadi secara efektif. Untuk mengembangkan kalimat efektif, dua hal yang perlu diperhatikan, yakni persyaratan kalimat efektif dan kiat pengembangan kalimat efektif
1.          Persyaratan kalimat Efektif
Menurut Widowson (1979) tentang penggunaan bahasa, ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam pembentukan kalimat efektif. Kedua persyaratan tersebut adalah persyaratan kebenaran struktur dan persyaratan kecocokan konteks.
A.         Persyaratan kebenaran struktur
Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat efektif dituntut memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada hubungan antar unsur kalimat. Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur – unsurnya memiliki hubungan yang jelas. Dengan hubungan fungsi yang jelas itu, makna yang terkanding di dalamnya juga jelas.
B.         Persyaratan kecocokan
Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan kalimat dalam konteks. Kecocokan tidak hanya ditentukan oleh konteks kebahasaan, yakni konteks yang berupa kalimat sebelumnya tetapi juga konteks non kebahasaan.

2.          Kiat penyusunan Kalimat Efektif
Ada sejumlah kiat untuk menimbulkan kemampuan sebuah kalimat menjadi kalimat efektif. Kiat – kiat tersebut antara lain :
a.       Kiat Pengulangan
Kiat ini digunakan untuk memperlihatkan bagian yang terpenting dalam kalimat. Dengan pengulangan itu, bagian kalimat yang diulang menjadi menonjol.

b.      Kiat Pengedepanan
Pengedepanan bagian kalimat menunjukkan bahwa hal yang dikedepankan itu penting. Hal itu dapat dipahami karena kesan penerima tutur akan terpusat pada bagian yang diterima pertama daripada bagian yang lain.


c.       Kiat Penyejajaran
Dengan kiat penyejajaran dapat menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan itu penting. Hal ini dapat dipahami karena unsur yang disejajarkan itu penting.

d.      Kiat Pengaturan Variasi Kalimat
Variasi dapat dikenakan pada dua hal, yakni variasi struktur dan variasi jenis. Variasi struktur memiliki kemungkinan struktur aktif-pasif, juga struktur panjang-pendek. Variasi jenis memiliki kemungkinan jenis kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat seru.

http://mudiartana.blogspot.com/2011/08/kalimat-efektif.html

KALIMAT EFEKTIF


Pilihan Kata
Kata adalah satuan bebas terkecil sebagai pengungkap dan penerima gagasan. Kata menjadi unsur pembentuk kalimat. Karena itu, kualitas pilihan kata akan sangat menentukan keefektifan kalimat. Dengan kalimat yang efektif itu, gagasan yang diungkapkan penutur atau penulis sama dengan gagasan yang diterima oleh pendengar atau pembaca. Untuk memilih kata, dua kaidah dapat dipakai pegangan, yakni kaidah ketepatan dan kaidah kecocokan. Kaidah ketepatan di ukur dari kemampuan kata sebagai alat pengungkap dan penerima gagasan. Sedangkan kaidah kecocokan diukur dari kesesuaian kata dalam konteks penggunaannya.
Seorang penulis dapat menguasai pilihan kata dan memahiri diri dalam memilih kata dengan membiasakan diri melakukan hal-hal berikut : (1) mencermati dan melatih menggunakan kata-kata yang bersinonim, (2) menggunakan kata-kata secara cermat, dan (3) membiasakan diri menggunakan kata-kata secara konsisten.
Dalam penggunaan kata-kata yang bersinonim ada beberapa makna kata yang digunakan seperti makna umum-khusus lebih intensif-kurang intensif, lebih emotif-kurang emotif, umum-teknis, dan leksikon baku-leksikon tidak baku.


 Pengembangan Kalimat Efektif
Pengembangan kalimat efektif dapat dilakukan untuk menjadikan kalimat sebagai sarana pengungkap dan penangkap pesan agar komunikasi terjadi secara efektif. Untuk mengembangkan kalimat efektif, dua hal yang perlu diperhatikan yakni persyaratan kalimat efektif dan kiat pengembangan kalimat efektif.
Terdapat dua persyaratan kalimat efektif, yakni persyaratan kebenaran yang bertolak ukur pada kebenaran kaidah bahasa dan persyaratan kecocokan yang bertolak ukur pada kecocokan atau kekompakan kalimat konteks, baik konteks kebahasaan maupun kontreks non-kebahasaan.


Kiat Penyusunan Kalimat Efektif
Kalimat efektif dapat dikembangkan dengan kiat-kiat khusus. Ada empat kiat yang dapat digunakan, yakni :
1.      Kiat Pengulangan
Kiat pengulangan digunakan dengan menampilkan informasi penting dengan menampilkan ulang informasi itu baik dalam kalimat maupun dalam untaian kata.
2.      Kiat Pengedepanan
Kiat pengedepanan digunakan untuk menonjolkan informasi dengan menempatkan unsur yang ditonjolkan itu di bagian depan kalimat.
3.      Kiat Penyejajaran
Kiat penyejajaran digunakan untuk menampilkan unsur kalimat dalam posisi yang sejajar.
4.      Kiat Pengaturan variasi kalimat
Kiat pengaturan variasi kalimat digunakan untuk menampilkan kalimat secara bervariasi, baik variasi struktur kalimat maupun variasi jenis kalimat.

http://mudiartana.blogspot.com/2011/06/kalimat-efektif.html

 



No comments:

Tinggalkan Komentar Anda Terimakasih

SKRIPSI MAHASISWA S1 KESEHATAN MASYARAKAT

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Perlindungan terhadap anak pada suatu masyarakat bangsa merupakan tolak ukur peradaban ban...