iklan

Saturday, November 23, 2013

Anastesi Lokal (Penyutikan Di area Tertentu)



Anastesi Lokal

Keberhasilan tindakan anestesi sangat besar peranannya atas keberhasilan operasi. Pada anestesi lokal, dengan anestesi yang baik dapat dicapai hasil memuaskan baik secara prosedural medis ataupun kosmetik. Kegagalan pada tindakan ini akan memberikan kesulitan dan komplikasi
Anestesi dapat dilakukan dalam lokal ataupun general (narkose umum ). Hal ini tergantung dari berbagai kondisi setiap individu. Tindakan bedah minor umumnya dilakukan dalam anestesi lokal.
Pertimbangan pemilihan anestesi lokal antara lain :
  • Risiko anestesi lebih rendah
  • Biaya lebih murah
  • Tidak diperlukan recovery
  • Lebih efisien untuk operasi yang singkat 
Teknik Anetesi
Ada dua teknik anestesi lokal yang memberikan hasil yang baik, yaitu blok dan infiltrasi. Kedua cara ini masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian.
  1. Blok
Dilakukan dengan menyuntikkan obat anestesi di area tertentu dimana saraf yang mempersarafinya diblok agar rangsang nyeri tidak dilanjutkan.
Jadi dengan teknik blok, anestesi dilakukan di proksimal daerah operasi. Pada daerah operasinya dapat juga ditambahkan anestesi infiltrasi.
Penguasaan anatomis persarafan sangat penting diketahui.

Keuntungan
    1. Keberhasilan cukup tinggi
    2. Area yang teranestesi relatif bisa lebih luas dibandingkan dengan anestesi infiltrasi
    3. Obat yang dipakai lebih sedikit sehingga menurunkan toksisitas
Kerugian
    1. Teknik lebih rumit
    2. Penyuntikan tergantung daerah operasi
    3. Tidak semua daerah operasi dapat dilakukan tindakan anestesi ini
    4. Cedera saraf permanen
 
Teknik
    1. Identifikasi lokasi operasi
    2. Identifikasi jalan persarafan
    3. Suntikan beberapa cc obat anestesi disekitarnya
    4. Cek hasilnya
Jika pasien masih  kesakitan cobalah masase lagi dan lakukan pengujian. Jika keadaan anestesi belum juga terjadi, evaluasilah beberapa hal berikut.
    1. Apakah lokasi penyuntikan sudah sesuai dengan anatomi persarafan ?
    2. Apakah ada riwayat alkoholik ?
    3. Apakah benar yang disuntikkan adalah obat anestesi atau obat anestesi yang sudah kadaluarsa ?
Hati-hati, sediaan vial sering tertukar dengan aquabides atau obat anestesi dalam vial yang sudah pernah dipakai atau tidak dipakai dalam waktu lama akan mengurangi daya anestesinya.
Anastesi pada jari tangan dan kaki
Perhatikan anatomis persarafan

Jalannya saraf dari  lateral dan medial tiap jari
Perhatikan pola penyuntikan:
anest2.jpg
Suntikan di arah lateral dan medial
anest kaki1.jpg
Suntikan di arah maedial
  1. Infiltrasi

Dilakukan penyuntikan di sekitar area operasi. Suntikan dilakukan di daerah subkutis. Teknik yang berkembang saat ini adalah field blok,  yaitu menginfiltrasi suatu area dengan terget operasi ditengahnya. Setelah seluruh pinggir area diinfiltrasi, area tepat diatas insisi diinfiltrasi lagi.  Jarak antara pinggir daerah yang diinfiltrasi dengan target operasi tidak melebihi 2 cm. Jika lebih maka kemungkinan masih ada impuls saraf yang tidak terblok. Jika memang masa yang akan operasi cukup besar, kemungkinan diperlukan infiltrasi beberapa lingkaran, agar area yang diinfiltrasi menjadi luas. Kedalaman infiltrasi tergantung dari jenis operasi. Jika masa yang diambil cukup dalam, maka perlu juga dilakukan infiltrasi lebih dalam, bahkan sampai otot atau periosteum.
 
Teknik infiltrasi
  1. Masukan jarum di salah satu sudut area operasi. lipom anes1.jpg
  2. Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi tidak sampai lepas dari kulit) sambil obat dikeluarkan.
  3. Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarum dicabut sambil obat dikeluarkan.
lipom anes2.jpg
  1. Masukan jarum di sudut yang bersebrangan dengan sudut tadi
  2. Arahkan ke area kanan, aspirasi, jarum dicabut (tetapi tidak sampai lepas dari kulit) sambil obat dikeluarkan
  3. Jarum dibelokan ke arah kiri, aspirasi, jarumdicabut sambil obat dikeluarkan.
  4. Lanjutkan penyuntikan ketiga tepat diatas garis yang akan   diinsisi
  5. Masase
  6. Cek dengan menjepitkan pinset
Komplikasi Tindakan Anestesi
  1. Hematom

Terjadi karena pecahnya pembuluh darah ketika anestesi yang kemudian darah berkumpul di submukosa sehingga menimbulkan benjolan. Hematom ini dapat terus membesar atau berhenti tergantung dari besarnya pembuluh darah yang terkena. Pada pembuluh darah kecil biasanya hematom tidak membesar karena platelet plug sudah cukup untuk menghentikan kebocoran tadi. Jika terjadi hematom, kita evaluasi beberapa saat apakah hematom itu terus membesar atau tetap. Jika terus membesar, kita harus berusaha mencari pembuluh darah yang pecah dan mengikatnya kemudian membuang bekuan darah yang terkumpul. Tetapi jika hematom tidak membesar  hanya diperlukan membuang masa hematomnya saja. 
 
  1. Udem

Disebabkan terlalu banyaknya obat anestesi yang diberikan sehingga obat tersebut berkumpul dalam jaringan ikat longgar mukosa dan sub mukosa. Hal ini akan mempersulit ketika melakukan penjahitan. Udem akibat anestesi ini diabsorpsi dalam 24 jam.
 
  1. Syok Anafilaktik

Syok anafilaksis disebabkan oleh reaksi hipersensitifitas type I. Terjadi vasodilatasi perifer sehingga terjadi pengumpulan darah di perifer. Akibatnya terjadi penurunan venous return sehingga cardiac output pun menurun. 
 
Tanda dan gejalanya
    • Nadi cepat dan kecil
    • Penurunan tekanan darah
    • Keringat dingin
    • Lemas
    • Badan terasa melayang
    • Mual
Penatalaksanaan:
    1. Letakkan pasien dalam posisi trendelenburg.
    2. Berikan oksigen lembab 3 - 5  l/menit.
    3. Suntikan segera adrenalin 1:1000 sebanyak 0,3-0,4 ml im , sebaiknyna otot deltoid,  atau subcutan (sc) dan segera dimasase, ulangi pemberian 0,3-0,4 ml adrenalin tiap 5-10 menit sampai tekanan sistolik mencapai 90-100 mmHg dan denyut jantung/nadi tidak melebihi 120x/menit.
    4. Suntikan:
      • Antihistamin difenhidramin 10-20 mg
      • Kortikosteroid-hidrokortison 100-250 mg iv    
      • Bila ada spasme bronchial, Aminofilin 200-500 mg i.v perlahan lahan.(1 ml mengandung 24 mg aminofilin)
    5. Bila terjadi henti nafas, berikan nafas buatan, bila disertai henti jantung lakukan pijatan (penekanan) terhadap jantung (pertengahan sternum)/ RJP.
    6. Bersamaan dengan pemberian adrenalin, lakukan pernafasan buatan dan kompresi jantung, pemasangan infus dengan  kristalolid (NaCl, ringer laktat) dengan tetesan secepat mungkin (diguyur) sampai nadi teraba.
    7. Observasi dengan seksama sampai tanda-tanda vital stabil.



No comments:

Tinggalkan Komentar Anda Terimakasih

SKRIPSI MAHASISWA S1 KESEHATAN MASYARAKAT

  BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Perlindungan terhadap anak pada suatu masyarakat bangsa merupakan tolak ukur peradaban ban...