MAKALAH
PENCEGAHAN INFEKSI DAN RAWAT GABUNG
Tugas
ini disusun untuk memenuhi tugas Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi & Balita
dan Anak Prasekolah yang diampu oleh Dosen Lismiati,S,ST.
Disusun Oleh :
MERTILA
LESTARI 13241048
NINA
JULITA 13241051
NOVIRIANTI
ASTA N 13241054
RESY
YUMANTIKA D 13241062
SUPRIHATIN 13241074
SITI
CHOIRIA N 13241070
AKADEMI
KEBIDANAN WIRABUANA METRO
Th. 2013/1014
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Tuhan YME atas Rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang membahas tentang PENCEGAHAN INFEKSI dan RAWAT GABUNG. Terima kasih kami
ucapkan kepada para pengajar atas bimbingan dan pendidikan yang diberikan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Kami sadari makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan demi kesempurnaannya. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan dan dapat dijadikan pelajaran bagi teman-teman dan kami khususnya.
Metro,
Agustus 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PEMBAHASAN RAWAT GABUNG
A. Definisi
B. Tujuan
C. Sasaran
dan Syarat
D. Manfaat
Rawat Gabung
E. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung
F. Pelaksanaan
rawat gabung
G. Kesimpulan
BAB
II PEMBAHASAN PENCEGAHAN INFEKSI
A. Definisi
B. Kewaspadaan
Pencegahan Infeksi
C. Cara
Pencegahan Infeksi
D. Teknik
Aseptik untuk Melakukan Tindakan
E. Perawatan
Umum
BAB I
PEMBAHASAN
RAWAT GABUNG
A. Definisi
Rawat gabung adalah suatu cara
perawatan yang menyatukan ibu beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau
suatu tempat secara bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam
seharinya.
Sistem rawat
bayi yang disatukan dengan ibu sehingga ibu dapat melakukan semua perawatan
dasar bagi bayinya. Bayi bisa tinggal bersama ibunya dalam satu kamar sepanjang
siang maupun malam hari sampai keduanya keluar dari rumah sakit atau bayi dapat
dipindahkan ke bangsal neonatus atau ruang observasi pada saat-saat tertentu.
Seperti pada malam hari atau pada jam-jam kunjungan besok. (Farrer, 1999: 180)
Suatu sistem
perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya
bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai
pulang. (Prawirohardjo, 2007:266)
B. Tujuan
Tujuan
dilakukan rawat gabung ini adalah sebagai berikut :
1. Ibu
dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan saja saat
dibutuhkan.
2. Ibu
dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang
dilakukan oleh petugas.
3. Ibu
mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya.
4. Suami
dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu
dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar.
5. Ibu
dan bayi mendapatkan kehangatan emosional.
C. Sasaran
dan Syarat
Sasaran
dan syarat dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut :
1. Bayi
lahir spontan, jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat bagung bisa dilakukan
setelah bayi cukup sehat.
2. Bayi
yang lahir secara sectio caesaria (SC) dengan anastesi umum, rawat gabungnya
pun dilakukan setelah ibu cukup sehat.
3. Bayi
tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai APGAR minimal 7).
4. Usia
kehamilan 37 minggu atau lebih.
5. Berat
lahir 2.000-2.500 g atau lebih.
6. Tidak
terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum.
7. Bayi
dan ibu sehat.
Sementara itu, kondisi-kondisi bayi yang
tidak memenuhi syarat untuk dilakukannya rawat gabung adalah sebagai berikut :
1. Bayi
yang sangat prematur.
2. Berat
kurang dari 2.000-2.500 g.
3. Bayi
dengan sepsis
4. Bayi
dengan gangguan nafas.
5. Bayi
dengan cacat bawaan berat.
6. Ibu
dengan infeksi berat.
D. Manfaat
Rawat Gabung
Manfaat
yang bisa didapatkan jika dilakukan rawat gabung pada ibu dan bayi adalah
sebagai berikut :
1. Fisik
Ibu akan mudah untuk melakukan perawatan
sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian ASI sedini munkin, maka akan
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas
kesehatan.
2. Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi
akan segera disusui dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses
fisiologis yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai
dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan timbul refleks oksitosin yang dapat
membantu proses fisologis involusi rahim.
3. Psikologis
Dari segi psikologis akan segera
terjalin proses lekat akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut
akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologis bayi. Selain itu,
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh
bayi.
4. Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang
berguna sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah
sakit. Selama di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat bimbingan mengenai
cara, menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan
bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu
untuk merawat bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari RS.
5. Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. bagi rumah
sakit terutama RS pemerintah hal tersebut merupakan suatu penghematan terhadap
anggaran pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu, dot serta peralatan
lainnya yang dibutuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan
lebih besar merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan lain.
6. Medis
Secara medis, pelaksanaaan rawat gabung
dapat menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi sertamenurunkan angka
morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.
E. Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rawat Gabung
1. Peranan
sosial
kemajuan teknologi, perkembangan
industri, urbanisasi dan pengaruh kebudayaan berat menyebabkan pergeseran nilai
sosial budaya masyarakat, memberikan susu formula sudah modern karena dapat
menyamankan kedudukan seorang ibu golongan bawah dan ibu golongan atas.
ketautan akan mengendurkan payudara dan ibunya menjadi enggan untuk menyusui
bayinya, baik ibu yang sibuk dengan urusan luar rumah, dan hal hal yang dapat
menghambat peningkatan penurunan ASI .
2. Ekonomi
Beberapa wanita memilih bekerja di luar
rumah. hal ini dilakukan bukan karena tuntutan ekonomi, melainkan karena status
prestise atau memang dirinya dibutuhkan.
3. Peranan
tata laksana RS /RB
Peran tatalaksana yang menyangkut
kebijakan RS / RB sangat penting
mengingat saat ini banyak ibu menginginkan untuk bersalin dipelayanan dengan
baik.
4. Dalam
diri ibu sendiri
a. Keadaan
gizi ibu
b. Pengalaman
/ sikap ibu terhadap menyusui
c. Keadaan
emosi
d. Keadaan
payudara
e. Peran
masyarakan dan pemerintah .
5. Kebijakan
Pemerintah RI
a. Setiap
bayi berhak mendapat air susu ibu eklusif sejak dilahirkan selama 6 bulan
kecuali atas indikasi medis ( pasal 128 ayat 1 UU no. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan ).
b. Selama
pemberian ASI baik pihak keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat
harus mendukung ibu dan bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus ( pasal 128 ayat 2 UU No . 36 tahun 2009 tentang kesehatan ).
c. Pembangunan
diarahkan pada meningkatnya mutu sumber daya manusia ( SDM ). modal dasar
pembentukan manusia berkualitas dimulai sejak bayi dalam kandungan disertai
dengan air susu ibu ( ASI ) sejak usi dini ( GBHN 1999 -2004 dan program
pembangunan nasional – propanas )
d. Menganjurkan
menyusui secara ekslusif sampai bayi berusia 6 bulan dan pemberian ASI sampai
anak berusia 2 tahun.
e. Melaksanakan
rawat gabung di tempat persalinan milik pemerintah maupun swasta .
f. Meningkatkan
kemampuan petugas kesehatan dalam hal peningkatan pemberian ASI ( PP ASI )
Sehingga petugas tersebut terampil dalam melaksanaan penyuluhan pada masyarakat
luas.
g. Pencanangan
peningkatan penggunaan ASI secara nasional pada peringatan hari ibu ke 62 tahun
1990.
h. Upaya penerapan 10 langkah untuk berhasilnya
program menyusui di semua RS/RB dan Puskesmas dengan tempat tidur.
F.
Pelaksanaan rawat gabung
Dalam
rawat gabung, bayi ditempatkan bersama ibunya dalam 1 ruangan sedemikian rupa
sehingga, ibu dapat melihat dan menjangkaunya kapan saja. bayi dapat diletakan
ditempat tidur bersama ibunya atau dalam box disamping tempat tidur ibu, yang
terpenting adalah ibu harus melihat dan mengawasi bayinya saat bayinya menangis
karena lapar, kencing, atau digigit nyamuk. tangis bayi merupakan, rangsangan
sendiri bagi ibu untuk memproduksi ASI.
G. Kesimpulan
1. Sistem
tubuh yang mengalami adaptasi fisiologi pada saatbayi lahir adalah adaptasi
sistem penafasan, suhu tubuh, metabolisme, peredaran darah, keseimbangan air
dan fungsi ginjal, imunoglobulin, traktus digestifus, serta hati dan
keseimbangan asam basa.
2. Pencegahan
infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru
lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya masih
kurang sempurna.
3. Rawat
gabung merupakan satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan di satukan dalam satu ruangan, kamar, atau tempat
dan bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
BAB
II
PEMBAHASAN PENCEGAHAN INFEKSI
A. Definisi
Pencegahan
infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru
lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena sistem imunitasnya yang masih
belum sempurna.
B. Kewaspadaan
Pencegahan Infeksi
Sebaiknya
ibu atau siapa pun yang kontak dengan bayi harus memiliki kewaspadaan akan
terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui
hal-hal berikut:
1. Anggaplah
setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi
2. Cuci
tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alkohol sebelum dan sesudah
merawat bayi
3. Gunakan
sarung tangan bila melakukan tindakan
4. Gunakan
pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan akan
terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
5. Bersihkan
dan bila perlu lakukan desinfeksi pera;atan serta barang yang digunakan sebelum
daur ulang.
6. Bersihkan
ruang perawatan pasien secara rutin.
7. Letakkan
bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi dengan diare
yang terinfeksi di dalam ruangan khusus.
C. Cara
Pencegahan Infeksi
Berikut
adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi.
1. Cuci
tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis
alkohol, pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung
tangan, dan sesudah memegang instrumen atau barang yang kotor
2. Beri
petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi.
3. Basahi
kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air
mengalir, setelah itu biarkan tangan kering di udara atau keringkan dengan
kertas bersih/handuk pribadi.
4. Membersihkan
tangan dengan cairan alkohol yang dibuat dari 2 ml gliserin dan 100 ml alkohol
60%. Caranya basahilah seluruh permukaan tangan dan jari dengan cairan
pembersih tangan dan basuh atau gosok cairan ke tangan sampai kering.
5. Gunakan
alat-alat perlindungan pribadi
6. Bila
memungkinkan pakailah sepatu tertutup,jangan bertelanjang kaki.
7. Gunakan
sarung tangan untuk melakukan tindakan berikut
a. Memegang
atau kontak dengan kulit yang lecet, jaringan di bawah kulit, atau darah
(gunakan sarung tangan steril atau sarung tangan DTT)
b. Memegang
atau kontak dengan membran mukosa atau cairan tubuh (gunakan sarung tangan
bersih)
c. Memegang
atau kontak dengan barang yang terkontaminasi serta akan membersihkan atau
membuang kotoran (gunakan sarung tangan tebal dari bahan karet atau lateks).
8. Sarung
tangan sekali pakai sangat dianjurkan, tetapi dapat juga dipakai ulang.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Dekontaminasi
dengan merendam di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
b. Cuci
dan bilas
c. Sterilkan
dengan autoclaf atau DTT lalu direbus atau dikukus.
d. Sarung
tangan tidak boleh dipakai ulang lebih dari 3 kali
e. Jangan
menggunakan sarung tangan yang robek, terkelupas, atau berlubang.
D. Teknik
Aseptik untuk Melakukan Tindakan
Cuci
tangan selama 3-5 menit dengan menggunakan sikat yang lembut dan sabun
antiseptik. Kenakan sarung tangan steril atau sarung tangan yang di-DTT.
Siapkan bayi untuk dilakukan tindakan dengan mencuci menggunakan cairan antiseptik
dengan gerakan melingkar dari sentral keluar seperti membentuk spiral. Bila
ragu-ragu apakah peralatannya terkontaminasi atau tidak, anggaplah sudah
terkontaminasi.
E. Perawatan
Umum
1. Gunakan
sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBL sampai dengan memandikan bayi
minimal 6 jam, tidak perlu memakai masker atau gaun penutup dalam perawatan
BBL.
2. Bersihkan
darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat
kemudian keringkan.
3. bersihkan
bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau seyiap
diperlukan dengan menggunakan kapas yang doirendam air hangat atau air sabun
lalu keringkan dengan hati-hati.
4. gunakan
sarung tangan sewaktu merawat tali pusat.
No comments:
Post a Comment